Sekarang ini sudah terlalu jauh persepakbolaan kita tertinggal jauh daripada negara-negara di ASEAN..Melihat kekisruhan di PSSI saat ini ada baiknya kita sebagai masyarakat Indonesia yang berpikir untuk mencari solusi yang adil bagi pesepakbolaan Indonesia. Melihat sudah ada titik terang dari PSSI saatnya nanti pasti ada beberapa kekacauan soal liga yang ada di Indonesia. ISL maupun LPI pada dasarnya merupakan sebuah liga professional, namun sayangnya gagasan LPI sudah di tolak oleh NH dan NB dari awal, padahal jika kita melihat LPI merupakan sebuah liga tidak mandiri secara penuh. Adanya tusukan dana dari AP pada awal liga merupakan sebuah kebijakan yang tepat. Ini dikarenakan agar sebuah klub membangun pondasi awal.
Lalu bagaimana soal ISL. Waktu sudah menjawab bahwa ISL merupakan salah satu liga professional yang ada di ASEAN, namun secara tidak langsung banyak terjadinya keborokan dalam ISL, contohnya seperti kerusuhan supporter, menunggaknya beberapa gaji pemain, wasit, dll. Mencari sebuah keburukan suatu masalah memang gampang, namun mencari solusi yang menjadikan itu rumit. Berikut ini sebuah solusi dari saya jika seandainya ISL dan LPI akan di merger jadi satu.
1. Audit Keuangan klub
Sebagai suatu klub yang mandiri seharusnya sebuah klub harus bebas dari hutang, maupun mempunyai sebuah bentuk profesionalisme dalam susunan pengurusan. Salah satu cara mengeliminasi klub-klub gak jelas di Indonesia jika ISL dan LPI di gabung adalah dengan melakukan audit keuangan. Sekarang di logika aja, liga inggris memang memiliki lebih dari 5 klub di sebuah kota di London. Tapi perlu diingat juga klub-klub seperti Chelsea hingga klub amatur division itu mendanai klub dari pemasukan tiket stadion maupun kejuaraan yang ada.
Jika dilihat di Indonesia sendiri untuk wilayah DKI Jakarta sendiri mempunyai lebih dari 5 klub. Tapi ironisnya kenapa semua klubnya itu meminta dana APBD dari pemerintah, Maaf-maaf aja Persija menggaji BP dengan kontrak 1M lebih permusim, tapi adakah penilaian BP sejak dia bergabung dari Persija hingga sekarang, jangankan Juara ISL, masuk 3 besar serasa berat bagi klub kebanggaan ibukota ini. Alangkah lebih baik jika mengeliminasi beberapa klub dalam satu kota untuk dileburkan menjadi satu, memang nanti terkesannya akan hanya 1 atau 2 klub dalam satu kota. Tapi setidaknya itu membuat mandiri sebuah klub dalam mencari dana dan lagi-lagi tidak memberatkan masyarakat dengan menarik APBD ke klub yang tidak berprestasi
2. Merger Management
Langkah selanjutnya adalah merger klub-klub yang ada di LPI dan ISL. Ini dilakukan agar pendataan klub yang lebih sehat dan kompetitif. Menggunakan semua potensi-potensi anak daerah untuk memperkuat klub kesayangan sebuah kota atau daerah. Jika terwujud salah satunya cara untuk melakukan pemilihan pemain yaitu dengan melakukan seleksi antar intern. Menurut saya pribadi baik pemain ISL dan IPL mempunyai standart yang sama. Jika pemain tersebut tidak ikut dalam 24 besar klub maka pemain tersebut bisa memilih klub lain atau dimasukan dalam rooster pemain cadangan.
Memang tahap ini akan banyak kontroversi, terlebih bagi keinginan perut-perut individu yang terbiasa memainkan dana APBD dalam sebuah klub. Namun tidak cukupkah kita selama ini melihat kekisruhan PSSI untuk masalah uang. Jika tidak sekarang lalu kapan lagi sebuah klub akan mandiri.
3. Pengaturan pemilihan pemain Asing.
Sebuah klub tidak keren jika tidak menggunakan pemain asing dari asia maupun Eropa dan Latin. Akan tetapi lagi-lagi apakah ini efektif. Lihat Persipura hingga saat ini sedikit menggunakan pemain asing tapi terlihat kokoh dengan potensi anak daerahnya. jIka pun kita melihat klub eropa menggunakan jasa asing. Itu pun untuk menarik perhatian dunia untuk membeli jersey mereka. Jika pemain asing tersebut bisa menjual jersey mereka (original lo) oke saya setuju, kalo mereka bisa membantu sebuah klub juara ya oke lah. Tapi kembali lagi sejauh mana kata efektif nya.
Solusi untuk ini ialah dengan mencontoh sistem Rooster dalam NBA. Dimana di buat sebuah acara khusus untuk melelang pemain asing yang akan dimainkan di Indonesia. Lalu bagaimana cara mengukurnya, yaitu diadakan sebuah eksebisi 1 bulan sebelum kompetisi diadakan. Nanti disitu setiap klub akan melihat potensi pemain2 asing yang ada. Dibuat sebuah bentuk marketing yang bagus, mungkin bertajuk all star game dimana setiap pemain asing yang akan bergabung ke liga Indonesia akan meunjukan semua potensi mereka.
Lalu proses selanjutnya adalah dengan melakukan sebuah lelang pemain. Untuk terciptanya sebuah keadilan maka klub yang baru promosi maupun yang berada di klasemen terbawah dalam sebuah kompetisi diberi kesempatan untuk melakukan bid terlebih dahulu baik harga pemain maupun salary yang akan dibayar mereka. Jika sebuah pemain asing tersebut tidak setuju maka dia secara langsung boleh memilih klub yang dia favoritkan.
Sistem ini bisa dijalankan untuk 1-3 musim awal agar menciptakan sebuah keseimbangan dalam kompetisi. Masuk musim ke 4 maka setiap klub sudah boleh bebas langsung mengkontak agen si pemain
4. Memasarkan pemain klub
Maksud saya disini pribadi adalah bagaimana sebuah klub dapat menjalin kerjasama dengan produk-produk yang ada di negeri ini. Baik sebagai ambassador produk tersebut maupun hanya sebagai iklan. Ini juga didukung dengan infotaiment yang tidak hanya meliput kegiatan timnas jika lagi hot-hotnya, namun juga ketika kompetisi tersebut berlangsung seharusnya mereka bisa membantu popularitas pemain-pemain liga Indonesia juga.
INi dilakukan agar sang pemain mempunyai pendapatan pribadi disamping gaji. Jika bisa pemasukan dari penjualan jersey original dari pihak klub juga bisa digalakan lebih. Ingat beberapa pemain besar pendapatannya dari penjualan jersey mereka. Contoh Beckham.
5. Penggunaan stadium
Untuk sebuah kompetisi yang akan merangkak pelan-pelan dari 0, maka penggunaan stadium sepakbola lebih baik hanya 1 atau 2 saja dalam sebuah kota oleh 2 klub sekota yang sama. Contoh mis Persija dan Batavia United menggunakan Stadium GBK untuk laga kandang mereka. Ini mencerminkan kompetisi di Lega Calcio dimana Inter dan Milan menggunakan stadium yang sama walaupun nama nya nanti bisa dibedakan seperti Meazza dan San Siro.
Stadium juga merupakan sebuah pendapatan terbesar pada sebuah klub. So dimohon dengan sangat agar manusia-manusia di Indonesia lebih beradab dalam menggunakan fasilitas stadium. Dana operasi stadium di kenakan secara langsung bagi klub-klub yang memakainya. Penggunaan nomor dalam stadium penting untuk setiap seat yang ada. Ingat jika stadium aman maka semua golongan akan gampang mendatangi sebuah pertandingan. Bahkan impian saya sejak kecil, ingin sebuah keluarga bisa meluangkan waktu dalam menikmati pertandingan liga Indonesia tanpa ada rasa was-was dari prilaku anarki sebuah golongan supporter.
Saya rasa itu saja solusi bagi kompetisi Indonesia jika nanti ISL dan LPI di merger. Bukan memihak salah satu pihak namun ini mungkin suara hati saya untuk memajukan sepakbola Indonesia. Jika tidak sekarang lalu mau sampai kapan olahraga Indonesia terpuruk dibandingkan negara-negara di ASEAN,